Hari ini ajak aku tertawakan kesedihan. Selebihnya, biar lelucon hidup kita simpan sebagai kenangan. Kumaknai hal sederhana sebagai bingkisan rahasia dari Tuhan. Bukankah di balik perjalanan sepi, cinta mampu sembunyikan riuh kepedihan yang keji? Aku senang membaca pikiranmu. Di sana kulihat sebuah kota dipadati kata-kata. Banyak kulihat lampu dan rambu-rambu. Juga deret toserba yang menawarkan abjad berwarna. Aku gemar mengunjunginya satu-persatu, mencari kesimpulan, tentang aku di kepalamu. Terlalu sering kujejali telingamu dengan keluhan ini-itu juga. Lantas dengan tabah kamu mengambil mantera dari dalam dada, "luka itu akan selalu terasa, karena kamu membiarkannya terus ada." Tentu aku paham, kadang sebuah tunggu tak menjelma apa-apa, selain harapan yang menunggu di luar pintu. Waktu tak pernah menjadikan segalanya sia-sia, seperti halnya kita, yang berupaya agar hati tetap bernyawa.